Belanja di App banyak untungnya:
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.
Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.
Tari Topeng dapat merujuk kepada beberapa bentuk kesenian:
Di daerah Pulau Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari Hudog yang sering dimainkan dalam upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Topeng yang digunakan berwarna hitam, putih, dan merah yang melambangkan kekuatan alam yang akan membawa air dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim.
Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat. Tari Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.
Tari Topeng Cirebon adalah kesenian tari topeng yang berkembang di Cirebon, Jawa Barat.
Topeng Malang adalah kesenian tari topeng dari daerah Malang, Jawa Timur. Kisah yang dibawakan biasanya berasal dari kisah Panji yang menceritakan kisah percintaan Raden Panji Asmoro Bangun (Inu Kertapati) dengan Putri Sekartaji (Chandra Kirana).
Lebih lazim disebut tari Reog Ponorogo, tari ini juga mengenakan topeng yang berasal dari Ponorogo.
Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan[1] ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.[2]
Belanja di App banyak untungnya:
Belanja di App banyak untungnya:
Topeng labu-labu bergambar wajah manusia yang agak menyeramkan. Salah satu bagian matanya berwarna merah dengan corak darah mengalir. Topeng ini menggambarkan kerinduan para penderita kusta kepada keluarga saat mereka diasingkan ke hutan pada masa lampau.
Topeng panji menggambarkan bayi yang baru lahir ke dunia. Dalam falsafah Jawa, topeng panji menggambarkan filosofi kehidupan dan budi luhur, serta penyerahan diri pada Tuhan.
Topeng ini umumnya berwarna putih dengan bagian alis, mata, hidung, dan mulut yang khas. Beberapa topeng panji ada yang bagian dahinya dihias ada yang dibiarkan kosong.
Berbeda dengan topeng pada umumnya, topeng reog berukuran besar berbentuk kepala singa. Topeng ini menggambarkan Raja Kertabumi. Secara khusus, topeng reog melambangkan keberanian, kekuatan, dan semangat juang.
Topeng rumyang memiliki ciri khas berupa warna merah muda. Pada bagian dahi terdapat hiasan yang umumnya berwarna biru.
Nama topeng ini berasal dari kata arum (wangi) dan hyang (Tuhan). Jika diartikan, maka sebagai manusia harus selalu mengharumkan nama Tuhan dalam setiap perbuatan.
10. Topeng Tumenggung
Warnanya yang merah menyala dengan mata menonjol, menggambarkan sosok pemimpin yang mengayomi, membimbing, dan menaungi dengan penuh kasih sayang. Topeng tumenggung digambarkan dengan raut wajah yang tegas, seolah menunjukkan kegagahannya.
Belanja di App banyak untungnya:
Belanja di App banyak untungnya:
Belanja di App banyak untungnya:
Topeng Cirebon adalah topeng yang berkembang di Cirebon dengan dibuat dari kayu yang cukup lunak dan mudah dibentuk namun tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian yang tepat, serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam proses pembuatannya. Bahkan seorang pengrajin yang sudah ahli pun untuk membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari, menurut keterangan dari Ki Kandeg (ahli pembuat topeng Cirebon) pada masa lalu kayu yang biasa digunakan adalah kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga dan kayu Lame. Topeng ini biasanya digunakan untuk kesenian-kesenian yang berhubungan dengan kedok (bahasa Indonesia: topeng) diantaranya adalah kesenian tari Topeng Cirebon. Topeng Cirebon dibuat oleh seorang ahli kedok yang cukup mumpuni, biasanya keahlian para ahli kedok berkembang seiring dengan perkembangan kesenian-kesenian yang berhubungan dengan kedok tersebut di mana keahliannya diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.[1] Salah satu yang terkenal diantaranya adalah Ki Waryo putera dari maestro kesenian Cirebon Ki Empek.
Topeng dalam filosofi kebudayaan Cirebon tidak hanya dipandang sebagai kedok (bahasa Indonesia: topeng) dalam artian penutup wajah, namun dipandang sebagai hiasan yang dipasang menempel pada bagian depan serban (bahasa Indonesia: penutup kepala), hal tersebut terbukti dengan adanya ungkapan di masyarakat Cirebon yang berbunyi ketop-ketop gopeng (bahasa Indonesia: hiasan pada bagian depan serban) yang dibenarkan oleh mimi Wangi Indriya (maestro tari Topeng Cirebon gaya Tambi)[2]
Pada masa awal munculnya kesenian topeng Cirebon terutama pada masa kesultanan Cirebon kesenian yang berkaitan dengan topeng atau kedok adalah kesenian yang bernafaskan Islam karena digunakan sebagai sarana dakwah.
Pada masa kekuasaan Sunan Gunung Jati di kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati bekerjasama dengan Sunan Kalijaga memfungsikan Tari Topeng klono sewandono sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan dilingkungan keraton, Sunan Kali jaga dirasa telah mampu memikat warga pribumi untuk masuk islam melalui jalur budaya.[1]
Pada masa yang sama, Sunan Kalijaga yang merupakan keturunan bangsawan Ponorogo turut juga membantu penyebaran dakwah Islam dengan menggunakan kesenian topeng klono sewandono di Cirebon dalam garapan cirebonan, menurut budayawan Cirebon Toto Suanda, Sunan Kalijaga mengajarkan kepada murid-muridnya yaitu Pangeran Bagusan, Ki buyut Trusmi dari desa Trusmi, kecamatan Plered, kabupaten Cirebon dan Pangeran Losari tentang kesenian topeng Cirebon, dari merekalah kemudian kesenian topeng Cirebon menyebar ke wilayah Indramayu, Majalengka, Subang dan wilayah-wilayah lainnya yang kemudian berkembang menjadi pelengkap penampilan dari gaya-gaya Tari Topeng Cirebon.
Langkah-langkah pembuatan topeng Cirebon adalah sebagai berikut:
Semua jenis topeng ini akan dikenakan pada saat pementasan Tari Topeng Cirebonan yang diiringi dengan gamelan. Tepeng Cirebon yang paling pokok ada lima yang disebut juga Topeng Panca Wanda:
Menurut Hasan Nawi, salah seorang pengrajin topeng Cirebon dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia seperti mengenakan topeng, misalnya saja pada saat marah seperti sudah mengganti topeng berwajah ceria dengan topeng kemarahan. Kalau ada orang dewasa yang sikapnya kekanak-kanakan maka ia seperti sedang mengganti topeng dewasanya dengan topeng anak-anak.
Selain lima topeng yang ada biasa ditampilkan, menurut Ki Waryo (maestro Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada masa lalu di dalam gaya Palimanan juga dipentaskan tarian Ratu Kencana Wungu yang dibuktikan dengan keberadaan topeng ini yang tersimpan pada dalang Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan.
Proses Awal pembuatan topeng Kencana Wungu oleh Ki Waryo (ahli pembuat topeng sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) dengan bahan kayu Jaran
Proses pertengahan pembuatan topeng Kencana Wungu oleh Ki Waryo (ahli pembuat topeng sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) dengan bahan kayu Jaran
Hasil akhir pembuatan topeng Kencana Wungu oleh Ki Waryo (ahli pembuat topeng sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) dengan bahan kayu Jaran
Pewarisan keahlian pembuatan topeng Cirebon biasanya dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang sudah berjalan selama ratusan tahun dan ada pula proses pewarisan keahlian yang dilakukan dengan cara pembelajaran dari guru ke muridnya.
Ki Sujana Priya salah satu dari beberapa tukang kedok (bahasa Indonesia: ahli pembuat topeng) di Cirebon, keterampilan membuat kedok dia pelajari dari Ki Kandeg sekaligus sebagai pelaku Wayang Wong gaya Cirebon.
Ki Waryo, putera dari Ki Empek (maestro kesenian Cirebon). Ki Waryo mewarisi bakat keluarganya sebagai seniman multi kesenian di Cirebon, salah satu keahlian Ki Waryo adalah membuat kedok Cirebon.